Smile! You’re at the best WordPress.com site ever

Proses pemindahan jasad-jasad yang sudah menjadi tanah itu dilakukan oleh beberapa orang, hadir pula pak RT yang akhirnya mengiyakan dan tak bisa lagi menutupi misteri sebenarnya akan rumah berhantu ini. Selesai pemindahan kuburan malamnya kami melakukan tahlil dengan mengundang hampir seluruh warga di lingkungan RT. Tahlil dilakukan selama tiga malam. lega sudah hati ane, seolah lepas dari batubesar yang menghimpit dada. Ane berharap bahwa teror-teror hantu yang melingkari kami selama ini akan berhenti setelah kami perlakukan mereka seperti saudara kami sendiri dengan prosesi selayaknya pemindahan kuburan. Selama beberapa waktu lamanya tak lagi terjadi hal-hal di luar nalar. Mertua ane sengaja datang dari Jawa timur untuk menemani kami. Ane berfikir bahwa keadaan sudah kondusif dan terlepas dari pengaruh setan, Tapi hari kelima Mertua bersama kami, tiba-tiba pembantu kami memohon untuk berhenti dari kerja. Serasa sesak dada ane saat mbok Darmi mengutarakan niatnya. Ane diam saja, dan melihat wajah mbok Darmi, nampak pucat dengan mata sembab seperti habis menangis. “Ibu habis menangis?” tanya ane penasaran. “Enggak pak, Saya memang sudah nggak betah” mbok Darmi sesenggukan. “Saya nggak enak sama mertua Bapak” kata mbok Darmi. 

Akhirnya kami pun merelakan mbok Darmi berhenti kerja. Otomatis si kecil lebih sering bersama dengan Ibu mertuaku, karena istri ane siangnya harus kuliah di Depok. Memang istri ane masih usia 21 tahun ketika itu. Ane nggak terlalu mempersoalkan dengan berhentinya mbok Darmi, namun yang menjadi masalah adalah ibu mertua ane nggak bisa lama-lama menemani kami, hanya satu bulan saja beliau pulang. Mau nggak mau ane kelimpungan. Ane datangi lagi mbok Darmi untuk bekerja di rumah kami, tapi dia menolak secara halus. Ane desak tetap nggak mau, mbok Darmi malah cerita bahwa sebenarnya ia berhenti karena pernah dipelototi oleh Ibu Mertua ane, dan diusir mentah-mentah. kejadiannya di dalam kamar. Ane telepon mertua ane, beliau bersumpah atas nama Tuhan bahwa tak pernah satu kalipun ke kamar mbok Darmi itu, apalagi sambil memelotot. Ane merasa nggak enak, mulai terasa ada keganjilan lag. Merinding. Tapi ane pendam begitu saja karena takut istri ane panik. 

Beberapa hari kemudian kami mendapatkan pembantu baru, namun dia nggak bisa nginap di rumah kami. Pembantu baru kami ini bernama Romlah, asli sunda. dia memiliki seorang anak usia 5tahun tapi sanggup bersih-bersih rumah seadanya dan tugas utama mengasuh anak kami. Daripada kosong tanpa pembantu, kami terima saja. Pada hari kedua dia bekerja, si anak ikut dibawa karena neneknya lagi ada keperluan. Jam 8 pagi Romlah datang bersama anaknya yang masih kecil itu, Romlah langsung bersih-bersih rumah sedangkan sianak bermain sendiri di bawah tangga. Belum ada setengah jam Romlah bekerja, anaknya menjerit dan memaksa untuk pulang, “Pak, Saya pulang dulu, nanti saya datang lagi” Pamit Romlah. Ane hanya mengiyakan, nggak bisa memaksa mereka untuk tetap tinggal. Lama Romlah pergi mengantar anak, ditunggu-tunggu nggak datang juga. ketika ane bersama istri menjemput ke rumahnya, Romlah meminta untuk berhentii bekerja, lebih tepatnya membatalkan kerja pada kami. Agan-agan dan aganwati, apa yang telah terjadi? Setelah ane desak, Romlah mengaku bahwa anaknya tadi cerita, melihat pocongkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yang loncat-loncat di atas tangga rumah ane. Kondisi anak Romlah bahkan masih panas.

Hari-hari selanjutnya kami lalui hanya bertiga, yaitu Ane, istri dan anak kesayangan kami, Pijar. kami menjalani hari-hari seperti biasa, berusaha melupakan segala yang terjadi biarpun pada kenyataannya tetap saja tegang. Hampir tiap malam bulu kuduk kami meremang, ditambah hawa lembab yang dibawa oleh angin padang Golf semakin membuat kami larut dalam ketakutan. tapi sekali lagi, ane harus dapat menguatkan diri, apalagi di depan istri ane. karena kalau ane udah nunjukin rasa takut ane, istri ane tentu lebih takut lagi dan merasa nggak ada yang melindungi. 

Spoiler for Udaah… Buka aja!: 
 

Apabila petang menjelang, pasti akan terdengar suara orang mengaji dari MP3 yang sengaja ane setel agak kencang. Lumayan, sedikit menurunkan tensi ketegangan kami. Dari teman-teman di kantor tempat ane bekerja, sebuah institusi negeri, didatangkan 3orang paranormal. Tapi tetap tidak ada perubahan yang berarti. Suatu hari, anak kami mengalami panas demam. obat dari dokter sudah diminumkan tapi suhu badan tetap naik turun nggak stabil. Ane pusing Gan. Hari itu kami bergantian mengompres sikecil dengan air hangat, menjaga agar tidak sampai terjadi step. Kami bikin semacam jadual piket. Satu jam ane yang ngompres, satu jam lagi gantian istri ane. Begitu seterusnya. Sampailah pada saat ane dibangunkan paksa oleh istri, padahal masih jam ane tidur. 
“Pa, suhu badan pijar tinggi lagi.. aku takut..” kata istri ane. 
“Ya sudah, kita melek berdua saja” tukas ane sambil melihat sekeliling. 
Kamar utama kami letaknya paling belakang, bersebelahan dengan sumur yang sudah lama nggak dipakai. Tepat di samping kamar, terdapat Jendela Nako yang mengarah ke lapangan golf. dari jendela ini kami dapat melihat pemandangan di belakang rumah. Ane memandang sekeliling, perasaan ane nggak enak banged. 
“Bentar ya ma..” kata ane lalu keluar kamar dan menuju jendela, mengecek keadaan sekeliling. Ane terperanjat. Ada sesuatu, tampak jelas bayangan di depan ane, tepat disamping jendela. Ane serasa mimpi. Seseorang tampak duduk membelakangi ane, dengan rambut panjang sepunggung dan pakaian yang juga panjang. 
Hawa dingin yang menusuk membuat ane bergidik tapi ane coba menenangkan diri. 
“Maaf, ibu Siapa?” keluar juga suara dari mulut ane. 
“Ibu siapa?” nggak ada jawaban. Sosok itu menggerakkan kepala tapi tetap membelakangi ane, terdengar lirih “Saya suka dengan anakmu”. 
“Tolong ibu pergi dari sini, jangan ganggu anak Saya.” Namun Si Ibu misterius itu tetap diam tak bereaksi. Menyadari kalau anak ane dalam bahaya, ane mengambil ember berisi air yang kebetulan ada di dekat ane. dengan menahan keringat dingin dan juga rasa takut, ane siramkan air dalam ember ke sosok itu, sambil terus berdoa sebisa ane. Secara tiba-tiba si Ibu berambut panjang itu menghilang. Dengan lunglai ane kembali masuk kamar. Alhamdulillah suhu badan anak ane sudah normal. Namun sampai pagi kami nggak berani tidur. Ane bersyukur suhu badan sikecil tetap stabil dan langsung sehat.

Ketakutan yang menyenangkan dalam hidup adalah manakala kita sudah bisa menikmati rasa takut itu. Menikmati karena keterpaksaan maupun sengaja pasrah pada bahaya sebab memang tidak ada pilihan lain. Meski rasa takut itu sering menyerang sedikit keberanian dalam diri ane, tapi kembali lagi kepasrahan akan situasi yang sangat sulitlah yang membuat bahaya tak lagi terfikirkan. Rumah ini bagaikan penjara yang nyata bagi kami. Adanya 3 kuburan di depan kamar utama kami saja sudah cukup mengintimidasi nyali istri ane. Tapi toh tetap ane kuatkan dengan segala cerita indah dan kekuasaan Tuhan yang nggak akan mungkin bisa dikalahkan oleh setan. Meski sebenarnya menolak, banyak keganjilan yang sengaja ane sembunyikan dari istri. Semata demi mempertahankan keberanian diri kami. Meski ane juga harus membohongi diri sendiri.

Ruangan paling aman dalam rumah kami adalah kamar utama. Rasanya begitu jengah bila kami duduk di ruang tamu ataupun ruang tengah, kecuali ketika ada orang lain atau Tamu yang kebetulan singgah ke rumah kami. Saat ini, dua kamar dengan ukuran besar-besar praktis kosong. Kamar depan sedianya kami khususkan buat kamar Tamu, dan kamar tengah untuk pembantu, Tapi sejak kami tak memiliki pembantu lagi, kamar itu kami biarkan kosong. Sedangkan kamar tamu lebih mirip sebagai gudang dengan berbagai macam barang yang ditaruh di sana. Keduanya sama-sama gelap. Ane malas mencari pembantu lagi, karena malas melihat intrik yang akan terjadi dengan mereka. Praktis dua kamar kosong ini semakin nggak terjamah oleh kami. Dua kamar ini sebenarnya bersebelahan, tapi terpisah oleh Kamar mandi. Sebuah Kamar mandi yang aneh menurut ane. Karena dalam kurun waktu yang nggak begitu lama, satu tahun semenjak ane rehab keseluruhan rumah, ubinnya sudah ngelotok tanpa sebab apa-apa. dan lebih aneh lagi, ubin yang terbuat dari keramik pucat itu menyembul terangkat. Lambat laun keramik ini terkelupas dengan sendirinya. 

Keadaan sudah sangat senyap ketika ane mulai berkemas. Pekerjaan memaksa ane untuk berangkat malam-malam. Ane tengok istri dan anak ane, sudah tertidur hampir dua jam yang lalu. Ane tak tega membangunkan mereka. Ane kaget ketika terdengar suara byuuurr… byurr…. suara air yang jatuh seperti seseorang sedang mandi, berasal dari arah kamar mandi tamu. Ane ke kamar mandi depan, tapi nggak ada siapa-siapa. “Sudah jelas..” batin ane bergumam sendiri. Sebenarnya ane gondok banged dengan kondisi kamar mandi tamu yang selalu gelap, dan ane Bosan mengganti bohlamnya. tiap minggu maunya diganti terus lampu itu, atau memang nggak mau terang? kutuk ane dalam hati.

Lagi-lagi ane harus melewati kondisi gelap di teras rumah. seperti halnya kamarmandi, lampu di teras ini juga tak pernah berumur lama. dia hanya mampu bertahan seminggu atau paling lama dua minggu sampai ane Bosan menggantinya terus. Hawa dingin berdesir mengusap leher ane ketika keluarkan motor melewati pagar rumah, Sunyi sekali. Lampu teras rumah sudah lama mati membuat gelap yang ada semakin pekat. diiringi desau angin, ane berangkat 

Ane pacu motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. tapi seolah motor ane terasa berat. setengah perjalanan menuju Kedunghalang Bogor, melewati Lampu merah Pemda Cibinong. Jalanan sepi, hanya tampak aspal yang mengkilap bermandi gerimis. hanya satu dua angkot yang nampak kelelahan menembus malam. Ketika tiba-tiba di depan ane ada seekor kucing besar menyebrang jalan, ane tak lagi bisa menghindarinya, tak bisa lagi mengendalikan motor ane untuk tidak menggilasnya. “Beerrdddh” terasa sekali tubuh kucing yang besar itu tergilas ban motor ane. Ane langsung injak rem dan CCiiiitt. Ane turun dari motor. beberapa tukang ojek yang mangkal di seberang menghampiri ane, ane terus mencari kucing itu, kucing yang ane tabrak barusan. aneh. Kucing itu tidak ada! “Pak, tadi lihat kan kucing besar menyebrang jalan?” tanya ane pada salah satu Ojek di dekat ane. “Ya pak, ada tadi.” Jawab tukang Ojek. “Terasa banged tadi kena ban motor ane, tapi kok nggak ada bangkainya ya?” tukas ane. Gimana ya Pak? Tanya ane lagi, tapi tukang-tukang ojek itu juga nggak bisa njelasinnya.
—————————–>
Ane melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya membuang Uang kertas limaribuan ke tengah jalan, dengan maksud sebagai tolak balak atas kejadian tadi. Baru beberapa saat motor ane bergerak, di depan sebuah mobil carry yang berhenti dengan beberapa penumpang menyetop ane sambil bertanya “Pak tadi nabrak Kucing juga?” Ane berhenti. “Kok Bapak tahu?” tanya ane.
“Iya pak, karena kami juga menabrak kucing besar” Jawab orang itu sambil memperhatikan ane
“Tadi sudah Saya cari Pak, tapi nggak ada”
“Nggak ada?”
“Ya, sama sekali nggak ada”
“Aneh ya Pak..”

Alhamdulillah sampai di Bogor tidak terjadi apa-apa. tugas dapat ane kerjakan dengan sedikit perasaan yang nggak enak. Gan, ane merasa seperti diikuti seseorang, atau mungkin sesuatu. baru setelah ane ingat-ingat lagi, dalam perjalanan setelah dari Lampu merah Pemda, dua kali atau mungkin tiga kali disalip oleh mobil yang sama. ketika melewati tikungan menuju ke tempat kerja ane, ada seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul, sehingga hampir terkena motor ane. dan anehnya, wajah laki-laki itu seperti pernah ane kenal.. tapi entah di mana. sekarang ane ingat, ya! laki-laki itu mirip dengan orang yang serombongan mobil berhenti dan menanyakan perihal Kucing. Bahkan bukan mirip, ane yakin kalo itu orang yang sama. Udahlah, mungkin hanya kebetulan saja. Demikian batin ane menenangkan diri.

Paginya, sebelum subuh ane tinggalkan Kedunghalang untuk pulang ke Cimanggis. Rasanya semalam itu perjalanan yang lama dan melelahkan. Hati-hati ane pacu sepeda motor dengan kecepatan sedang, bahkan cenderung lambat. terasa berat seolah seribu beban menghimpit di benak ane. Melewati Pom Bensin Kandangroda, ane mampir sebentar bermaksud mengisi bensin. semalam ane sampai lupa untuk isi bensin gara-gara kucing sialan itu.

“Berapa liter Pak?” Tanya petugas bensin sambil menyorongkan alatnya.
“Penuhin aja deh” Jawab ane.
Lalu si petugas Bensin mengucurkan alatnya, mengisi tangki motor ane sampai penuh.
Selesai membayar bensin, motor ane starter dan “Gruennggg… Gruengggghhh” Motor ane gas tapi roda motor ane tetap diam. Terhenti. Ane Gas lagi lebih kencang, tidak reaksi apa-apa. Motor ane tetap diam seolah ada yang mencengkram.
Berkali-kali ane geber itu motor, tetap diam. Roda motor seakan terpaku pada lantai Pom Bensin. Beberapa petugas Pom bensin mencoba mendorong motor ane, hasilnya sama saja.

Satpam yang sedang bertugas mendekat dan ikut mencoba motor ane. Tapi tetap tidak bisa. Ane bingung, mereka lebih bingung lagi. Akhirnya sepeda motor ane titipkan pada Satpam Pom Bensin. Ane minta nomor telepon Petugasnya, lalu ane pulang dengan menumpang Metromini arah Kampung Rambutan.

Sesampainya di rumah, Istri ane cerita bahwa sepanjang malam, di dalam kamar istri dan anak ane nggak berani keluar kamar. Mereka terbangun ketika lewat tengah malam, anak ane menangis terus seolah-olah melihat sesuatu, sementara dari luar kamar tidur terdengar suara HP mainan anak ane yang berbunyi terus, tang teng tong tang teng tong… nggak ada habis-habisnya. Dan suara HP mainan itu berhenti setelah menjelang pagi.

Beberapa hari kemudian ane ceritakan kejadian itu pada seorang Ustad yang kebetulan mengerti dan bisa berkomunikasi dengan Gaib, dari ketika ane menabrak kucing besar sampai motor ane yang ngadat secara tiba-tiba tanpa sebab. “Itu bukan kucing yang kamu tabrak!” Kata Pak Ustad
“Hah?” Suara ane
“Semua saling berkaitan, Mereka tinggal di Rumahmu Juga.”
Ane terdiam, Lunglai.

Akhirnya kami mendapatkan lagi pembantu, yang masih belia, namanya Ratih. Berusia sekitar 18tahunan. Terlalu muda untuk ukuran pembantu yang diharapkan dapat mengerjakan segala sesuatunya. Bila pembantu yang lama kami dapat lebih tenang karena faktor usia yang cukup, tapi dengan pembantu yang baru ini kami tidak begitu mengharapkan perubahan yang berarti. Yang penting istri ane nggak terlalu repot lagi. 

Walaupun masih muda, lama-lama Ratih dapat menyesuaikan juga dengan keadaan di rumah kami. Tapi itu tidak berlangsung lama. Baru sepuluh hari kerja, Ratih sudah meminta berhenti. “Saya mau berhenti saja Pak, orang tua Saya menyuruh Saya pulang” Demikian kalimat yang diucapkan Ratih saat meminta ijin berhenti dari kami, dengan sorot mata yang ketakutan. “Bukankah mbak Ratih sudah berjanji akan berkerja di tempat kami minimal 2bulan biar kami dapat mencari penggantinya dulu..?” kata Ane mengingatkan akan janji Ratih pada saat kami terima kerja dulu. Ratihpun tidak bisa mengelak, dia surut juga. Memang kami dulu membuat kesepakatan dengan Ratih bahwa minimal kerja di rumah kami selama dua bulan, dan jika mau berhenti harus memberi tahu paling tidak satu bulan sebelumnya agar kami dapat mencari penggantinya sesegera mungkin. Hal itu kami lakukan karena belajar dari pengalaman pertama dengan pembantu kami yang dulu. Perihal alasan Ratih untuk pulang kampung pun ane fikir hanya akal-akalan saja. 

Kami lega dan menganggap sudah selesai wacana Ratih untuk pulang kampung. Tapi hari-hari berikutnya setelah Ratih meminta berhenti itu jadi terasa kaku, dia lebih banyak diam. Istriku sering ke kamar Ratih untuk sekedar menghibur Ratih agar kerasan. Kamarnyapun kami pasangi Tivi sendiri agar betah. Kamar Ratih adalah kamar yang dulu ditempati pembantu kami yang pertama. Letaknya agak jauh dari kamar kami, kamar utama yang ukurannya lebih besar, terletak paling belakang di bagian rumah. Dari kamar kami ini dapat melihat langsung ke pemandangan belakang rumah yang banyak ditumbuhi pohon pisang dan petai cina melalui jendela kamar. Dari slot jendela yang sudah berkarat, pertanda bahwa jendela ini sangat jarang dibuka. Baru setelah kami tempati, jendela ini difungsikan lagi.
————————->
Hari itu hari minggu, hari libur untuk ane setelah seminggu bekerja. Ane bolak-balik dari rumah ke tempat kerja di Bogor. Kebetulan supersibuk sehingga hari liburpun kadang-kadang tidak lagi menjadi hari libur. Ane tetap harus mengerjakan tugas-tugas di luar rumah. Karena hari minggu ini nggak ada tugas yang mengharuskan ane keluar rumah, Ane bersama istri dan anak ane yang saat ini sudah berusia 2 tahun menyempatkan jalan-jalan ke Mall sambil menikmati kebersamaan. Memang kami jarang mendapatkan suasana begini. Petangnya, kami kembali ke rumah. Sampai di rumah pas magrib. Keadaan rumah sepi, lampu-lampu dalam rumah belum dinyalakan. Ane melihat sosok tubuh Ratih yang diam kaku, sama sekali nggak terusik dengan kehadiran kami. “Sakitkah dia?” Fakir ane. Tetap dengan keadaannya yang diam kaku, pintu yang sedikit menganga kami buka lebar. Istriku bertanya “Kenapa kamu diam saja? Dari tadi kami panggil-panggil, kamu kenapa diam saja?” Tidak ada respon, Ratih tetap diam dengan sebagian rambut panjangnya menutupi muka. Muka Ratih nyaris tidak kelihatan, hanya dagunya saja yang kelihatan sangat pucat. Dia bangkit dan terduduk dengan memeluk sebelah kakinya di atas Ranjang. Anak bayiku menangis tiba-tiba. Mungkin karena kesal merasa dicueki, istriku berteriak. “Kamu kenapa diam saja? Apa yang kamu lakukan?!”

Ratih tetap diam, namun tiba-tiba dia menangis dengan suara lantang, lebih menyerupai jeritan. Huah……….ckhdggrkhhh….!! Saya nggak mau tahu urusanmu…! Saya mau bebas..!” Suara itu terdengar sangat keras melengking, memecah kesunyian petang. 
“Saya tidak peduli…..!” “Hi hi hi hi hi hi hi…. Hi hi hi hi….” Suara lantang itu berubah menjadi suara tawa. Ya, suara tertawa yang sangat mengerikan. Bulu kuduk ane langsung berdiri, merinding! Istri ane diam saja, mungkin schok dengan jawaban yang baru saja ia terima. Tapi ane menangkap hal yang aneh. Dari pertama kedatangan kami, dan apalagi dengan suara tangis yang tiba-tiba berubah menjadi suara tertawa melengking yang menakutkan. Ane tarik tubuh istri untuk menjauhi tubuh Ratih. Suara tertawa masih melengking-lengking, berpadu dengan tangis anak ane yang makin keras. “Ma, tunggu di sini sebentar. Saya keluar” Kata ane, langsung berlari menuruni tanjakan.

Ane langsung menuju ke tempat pemancingan, di sana ada satu ruangan yang memang digunakan sebagai tempat istirahat pegawai pemancingan sekaligus tempat biasa ane nongkrong. Ada 6 orang bergerombol membentuk lingkaran, mereka sedang main domino. Kaget melihat kedatangan ane yang mendadak. “Ada apa ya Pak?” Tanya Pak Narto yang lagi main domino. Pak Narto ini sehari-hari sebagai pegawai pemancingan yang cukup akrab dengan ane, karena sebelum kami menempati rumah ini pun ane sudah mengenalnya. Setelah ane jelaskan hal kejadian yang baru saja kami alami, semua orang yang ada di pemancingan langsung berlari menghambur ke rumah ane, Istri ane masih ketakutan tapi berusaha menenangkan diri, memeluk sikecil. Orang-orang tercekat melihat pemandangan dihadapannya. Ratih dengan rambut yang masih riap-riapan menutupi mukanya, berputar-putar di atas ranjang, tidak menempel kasur! Ya, Ratih seakan melayang-layang dengan suara tangis dan tawa yang bergantian, memekakkan telinga. Salah satu orang dari kerumunan langsung berinisiatif memanggil orang pintar, agak jauh dari rumah. 

Sementara kami tercengang dengan kejadian melayang-layangnya Ratih, tanpa fakir panjang ane dengan Pak Narto dan Mul lalu memegang tubuh Ratih dan menempelkannya ke ranjang. Ane membaca doa-doa dengan suara keras, dan Ratih kelihatan agak melunak. Dua orang memegangi kaki Ratih. “Saya tidak mau anak ini tinggal di sinii!!” teriakan panjang kembali terucap dari bibir Ratih. Ane yakin itu bukan suara Ratih yang biasanya. “Siapa kamu?” Ane berteriak tak kalah kencang. “Saya Kuntilanak..!!!” teriak bibir Ratih yang sudah berubah putih pucat, Ane tercengang, bergidik. Kaki dan tangan terasa dingin banged. Ane lepaskan pegangan pada tubuh Ratih, sambil membaca ayat Al fatihah! Dengan tatapan nanar Ratih memandang kearah Ane dan berucap. “Ha ha ha aha ha… baca aja terus..!” Ane terdiam. Istri ane sudah mulai tenang, mungkin sudah menyadari apa yang sudah terjadi dihadapannya. Dia membaca ayat kursi, orang-orang ikut membaca ayat kursi, tapi Ratih semakin lantang tertawa. “Jangan baca ayat kursi, baca surat Yasin!” Istri ane pun langsung membaca Surat Yasin, namun belum selesai istri ane membaca surat Yasin, si Ratih sudah “berubah” kembali menjadi Kuntilanak dan berteriak “jangan begitu bacanya.. kamu Salah!! Ambil Alqur an, bacakan Yasin secara benar..!”
Bersamaan dengan itu Paranormal atau orang pintar yang dipanggil Mul datang. Paranormal langsung melakukan Sholat di ruang tamu, dan istri ane mengambil alqur an. Membacanya dengan terburu-buru karena mulut Ratih tetap meracau tidak karuan….

Paranormal melakukan sholat berulang-ulang hingga akhirnya Ratih bisa kembali sadar. Malam itu kami nggak berani tidur, sepanjang malam ane jagain pintu kamar karena istri ane ketakutan. 

Paginya mbah Gimar/nama paranormal itu datang dan menjelaskan pada kami bahwa si Ratih harus dipulangkan hari itu juga karena ternyata Ratih termasuk gadis Bau lawean, konon gadis bau lawean akan selalu dirasuki setan atau arwah penasaran, terutama jika tinggal di tempat angker.

Sebenarnya ane dan istri sudah nggak kuat berlama-lama tinggal di rumah ini, apalagi kondisi si kecil yang selalu nangis terus tanpa sebab yang jelas. Tapi apa mau dikata, ane bukan orang kaya yang bisa pindah-pindah rumah kapanpun dia mau. kami tetap bertahan. kejadian demi kejadian kecil terus kami alami, termasuk sumur pompa yang selalu mati. sudah berpuluh kali didatangkan ahli sumur tetap saja begitu. dan bisa mengalir normal setelah kami sediakan sajen bubur merah bubur putih atas saran sesorang yang kami anggap “mengerti”

Hari berganti hari, kami seolah melupakan kengerian yang sering kami alami. karena saking terbiasanya kami menjadi kebal akan gangguan “mereka” dan sadar bahwa memang ada hantu di rumah kami. kami nggak heran bila agan main ke rumah kami, meskipun siang hari, tiba-tiba lari terbirit-birit karena melihat “sesuatu”. kebanyakan sih bentuk kuntilanak dan pocongkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yang sering berdiri di atas tangga untuk menuju ke lantai atas/dak.
———————————->
Pernah suatu ketika ane menonton siaran TV di malam hari, padahal kondisi sedang mengantuk tapi ane nggak mau tidur karena Ane takut akan bermimpi buruk. Memang posisi TV di ruang tengah, sedangkan anak istri tidur di kamar. Jadi, ane seorang diri menonton tivi. Mungkin saking lelahnya Ane tak bisa menahan kantuk. Ane tertidur dan nggak ingat apa-apa, tahu-tahu terbangun dan di hadapan ane sudah berdiri pucat, sosok putih dengan kedua mata berbalut kapas. pocongkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yang tergantung di bawah tangga, persis di depan ane nonton TV.

Pada bulan ke sebelas kami menempati rumah ini, tepatnya seminggu pada bulan ramadhan, ane browsing di depan monitor sambil menunggu waktu sahur tiba. Seperti ada sebuah kekuatan yang menarik leher Ane untuk membalikkan tubuh dan menengok ke belakang. Ane terperanjat, hampir tidak percaya dengan yang ane lihat. Keramik di depan kamar ane bergerak-gerak membentuk gelombang. Seolah ada sesuatu yang hendak keluar dari bawah lantai keramik. dengan memberanikan diri, Ane datangi keramik yang masih bergerak-gerak itu lalu Ane tepuk dengan telapak tangan dan terhenti.

Siangnya ane cerita ke tetangga dan atas saran tetangga, didatangkanlah seorang juru kematian yang biasa dipanggil pak Amil/lebai. Pak Amil sholat di dekat lantai keramik yang semalam bergerak-gerak sendiri. Dengan khusuk pak Amil duduk bersila seolah menerawang sesuatu. Terkuaklah suatu rahasia yang mungkin selama ini ditutup rapat oleh penjual tanah tempat rumah ini berdiri, bahwa dibawah rumah ini adalah kuburan. ada tiga mayat yang dikubur di sini, tepatnya di depan kamar utama(kamar ane dan istri). Akhirnya hari itu juga keramik digali dan ternyata memang masih ada jenasah2 hancur yang sudah menjadi tanah dan kami pindahkan ke pemakaman umum kampung, persis selayaknya menguburkan jenasah. diakhir kisah ini nanti, terkuak lagi kebenaran cerita bahwa ternyata nggak hanya 3 jenasah yang dikubur di tanah sebelum dibangunnya rumah ini, melainkan ada 13 (tigabelas) jenasah.

Spoiler for Kalo takut, Jangan dibuka!
 

Mungkin agan dan aganwati bertanya-tanya, kenapa dulunya sudah tahu ada kuburannya kok dibikin rumah. yup. Ternyata orang yang membangun rumah ini, yaitu pemilik pertama, nggak dikasih tahu penjual tanah bahwa tanah tersebut bekas kuburan. Akibatnya kuburan-kuburan itu jadi terpendam tepat di bawah pondasi rumah, dalam kamar dan di depan kamar. 

Jika agan mendengar cerita ada tukang ojek yang membawa penumpang lalu penumpang itu turun di depan rumah kami, jangan heran karena karena seringkali itu adalah arwah penasaran yang berulangkali mengerjai para pengojek. Bahkan ada yang sampai pingsan di pinggir jalan. Sebenarnya jauh sebelum banyak kejadian aneh, banyak tukang ojek yang memberitahu bahwa rumah yang ane tempati berhantu, tapi waktu itu ane nggak percaya. 

Hanya di rumah ini pula ane bisa ditemui menjadi dua orang, padahal ane nggak punya saudara kembar. Nanti ya, ane ceritakan lagi disambungan kisah ini. Ane udah ngantuk dan persiapan tidur dulu karena sudah lumayan ngantuk.

Cerita Rumah Hantu Cimanggis Depok

 

 

Cerita Rumah Hantu Cimanggis Depok ini ditulis oleh mantan pemilik rumah ini yang pernah mengalami banyak sekali gangguan dari makhluk halus yang meneror penghuni rumah. Rumah ini berdiri di atas kuburan yang di bawahnya terletak 13 mayat dan terletak agak terpencil dibanding pemukiman lainnya. Jin, Kuntilanak, Pocong, dan gangguan suara ditambah penampakan hantu sudah sering dialami penulisnya. Kita simak

Cerita Rumah Hantu Cimanggis Depok

Sang penulis cerita hantu ini tidak mengijinkan saya untuk menshare kisah selengkapnya. Saya hanya ingin memberikan sekelumit kisah hantu ini kepada pembaca dan selebihnya silakan dirujuk ke kaskus.

Tempat tinggal kami dulu termasuk dalam kawasan yang sepi, terutama pada malam hari. Memang tidak begitu jauh dari keramaian kota Cimanggis, merupakan salah satu kota di Depok. Konon orang bilang Depok adalah tempat Jin buang anak, namun nggak ada sedikitpun ane mempercayai perihal Jin buang anak dalam cerita-cerita orang.

Untuk mencapai rumah kami tersebut masih harus menggunakan Jasa tukang Ojek atau naik motor sendiri, karena belum ada angkot yang melewati daerah kami. Jarak dari Jalan raya Bogor ke dalam memang masih jauh sekitar dua kilometer. Bila agan naik motor, maka akan dengan leluasa melihat keindahan di sepanjang jalan, melewati dua buah tanjakan yang terasa curam. Di Tanjakan ke dua inilah tempat ane dan anak istri bernaung beberapa tahun lamanya. Rumah dengan kiri kanan kesunyian. Sebelah kanan hamparan sawah dari lapangan Golf Emeralda yang belum digunakan oleh perusahaan, sehingga digarap oleh penduduk sekitar. Lengkap dengan jurang terjal dan empang yang bila dilihat seksama lebih menyerupai telaga, apalagi bila malam, tampak hitam pekat.

Di sisi depan dan kiri tempat kami terdapat sebuah tanah kosong. Persis di kiri penuh belukar yang semula digunakan sebagai lapangan bulu tangkis yang akhirnya dibiarkan mati begitu saja menjadi rimbunan rumput ilalang. Bila malam hari agan melewati jalanan di depan rumah kami, pasti akan tergerak untuk melihat kesunyian yang mendirikan bulu roma, yang hanya terdengar desau angin dan gesekan rumput ilalang. 

Tepat di rumah kami ini, jangan harap agan mendapatkan penerangan jalan dari rumah kami. Meskipun ada beberapa stop kontak dan bekas lampu penerang di depan rumah, tapi tidak pernah lagi kami nyalakan. Mungkin orang akan menuduh betapa pelitnya kami sampai lampu jalan atau minimal lampu depan rumah saja nggak dinyalakan. Itu mungkin pendapat orang yang baru lewat. Mungkin. Tapi bagi penduduk sekitar kampung kami tentunya tidak asing lagi dengan hal gelapnya depan rumah kami. Sengaja kami tidak menyalakan lampu depan rumah karena kami sudah merasa bosan untuk menyalakannya. Kenapa Bosan? Kelak agan akan mengetahui dengan sendirinya nanti.

Rumah ini kami tinggali sejak beberapa tahun yang lalu. Ane bangga menempati rumah dengan desain yang artistik dan terletak di dataran tanah yang cukup tinggi dibanding tanah sekitar, sehingga jika dilihat dari bawah tanjakan, akan nampak seperti Villa di atas bukit.

Rumah ini kami beli dari seorang pensiunan Kolonel Tentara yang pindah karena sesuatu hal. Hari pertama kami menempati rumah ini, seperti lazimnya orang pindahan kami melakukan selamatan dengan mengundang beberapa tetangga. Malamnya kami lewatkan dengan tidur yang pulas karena suasana sekitar rumah memang asri dengan hawa dingin menyejukkan dibawa oleh angin dari padang golf.

Beberapa hari lamanya tinggal di sini tak ada kejadian yang aneh, sampai pada suatu pagi Ane mendapati rokok filter yang baru saja ane beli, hilang secara misterius. Sebungkus rokok itu baru ane hisap satu batang, lainnya masih utuh. Itulah awal mula keanehan yang kami dapatkan. Kalau hilangnya bukan didepan mata ane sendiri, mungkin ane nggak peduli. Toh hanya sebungkus rokok, apa artinya sebungkus rokok yang hilang. Tapi yang membuat Ane penasaran adalah bahwa rokok itu hilang di depan mata ane sendiri, di mana nggak ada seorangpun yang lewat atau pernah bergabung beberapa waktu sebelumnya di sini. Ane anggap hilang begitu saja, dan melupakan kejadian itu, dua hari kemudian Ane dikejutkan dengan kemunculan kembali rokok ane yang hilang tepat di tempat semula. Rokok itu masih utuh, tepat kurang satu batang karena sudah ane hisap sebelumnya. Ane tanya pembantu ane, apakah dia yang sengaja berbuat begitu untuk mengerjai atau menakuti ane, nyatanya bukan dan pembantu ini juga merasa takjub bercampur ketakutan. Lagi-lagi ane anggap bahwa kejadian yang ane alami ini hanyalah kebetulan atau mata ane yang salah lihat.

Ane punya anak kecil, laki-laki yang berusia 1,5 tahun waktu kami baru menempati rumah ini. Nggak ada lain dan bukan, yang dikerjakan anak ane ini nangis tiap hari. Bagi ane mendengar tangis bayi terus-menerus adalah hal yang biasa. Tapi kalau tangis itu berkepanjangan dan tak henti-hentinya, tentulah jadi masalah juga bagi kami. 

Kami sengaja memberikan pengasuh khusus pada bayi Kami ini, seorang ibu paruh baya yang cukup rajin dalam mengerjakan sesuatu. Ibu ini sangat tanggap pada apa yang harus dia kerjakan tanpa kami menyuruhnya. Dia mulai bekerja setelah pembantu yang pertama pulang tanpa sebab musabab yang jelas. Kehadiran ibu ini ditengah-tengah kami adalah hal yang istimewa, di mana kami menganggap dia sebagai ibu kami sendiri. Di saat-saat kami mulai dicekam rasa penasaran dan ketakutan dengan kejadian demi kejadian aneh, keberadaan seseorang yang lebih tua dari usia kami adalah anugerah, minimal kami merasa nyaman, terutama dari hal-hal yang aneh. Sikecil pun mulai berkurang tangisannya. Kami lalui hari-hari dengan tenang dan menyenangkan sampai pada suatu saat kami kedatangan orang tua kami.

Tanpa kami sangka-sangka, si Ibu pengasuh bayi ini secara tiba-tibamengajukan berhenti dari pekerjaannya dengan mendadak

Pengalaman Baru…..

Manusia… manusia…. Kenapa manusia itu tidak pernah puas dengan apa yang Dia miliki saat ini… Padahal kalau melihat di sekeliling pasti tahu akan kekurangan-kekurangan yang tidak pernah mereka miliki sebelumnya…

Hello world!

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!

Awan Tag