Smile! You’re at the best WordPress.com site ever

Proses pemindahan jasad-jasad yang sudah menjadi tanah itu dilakukan oleh beberapa orang, hadir pula pak RT yang akhirnya mengiyakan dan tak bisa lagi menutupi misteri sebenarnya akan rumah berhantu ini. Selesai pemindahan kuburan malamnya kami melakukan tahlil dengan mengundang hampir seluruh warga di lingkungan RT. Tahlil dilakukan selama tiga malam. lega sudah hati ane, seolah lepas dari batubesar yang menghimpit dada. Ane berharap bahwa teror-teror hantu yang melingkari kami selama ini akan berhenti setelah kami perlakukan mereka seperti saudara kami sendiri dengan prosesi selayaknya pemindahan kuburan. Selama beberapa waktu lamanya tak lagi terjadi hal-hal di luar nalar. Mertua ane sengaja datang dari Jawa timur untuk menemani kami. Ane berfikir bahwa keadaan sudah kondusif dan terlepas dari pengaruh setan, Tapi hari kelima Mertua bersama kami, tiba-tiba pembantu kami memohon untuk berhenti dari kerja. Serasa sesak dada ane saat mbok Darmi mengutarakan niatnya. Ane diam saja, dan melihat wajah mbok Darmi, nampak pucat dengan mata sembab seperti habis menangis. “Ibu habis menangis?” tanya ane penasaran. “Enggak pak, Saya memang sudah nggak betah” mbok Darmi sesenggukan. “Saya nggak enak sama mertua Bapak” kata mbok Darmi. 

Akhirnya kami pun merelakan mbok Darmi berhenti kerja. Otomatis si kecil lebih sering bersama dengan Ibu mertuaku, karena istri ane siangnya harus kuliah di Depok. Memang istri ane masih usia 21 tahun ketika itu. Ane nggak terlalu mempersoalkan dengan berhentinya mbok Darmi, namun yang menjadi masalah adalah ibu mertua ane nggak bisa lama-lama menemani kami, hanya satu bulan saja beliau pulang. Mau nggak mau ane kelimpungan. Ane datangi lagi mbok Darmi untuk bekerja di rumah kami, tapi dia menolak secara halus. Ane desak tetap nggak mau, mbok Darmi malah cerita bahwa sebenarnya ia berhenti karena pernah dipelototi oleh Ibu Mertua ane, dan diusir mentah-mentah. kejadiannya di dalam kamar. Ane telepon mertua ane, beliau bersumpah atas nama Tuhan bahwa tak pernah satu kalipun ke kamar mbok Darmi itu, apalagi sambil memelotot. Ane merasa nggak enak, mulai terasa ada keganjilan lag. Merinding. Tapi ane pendam begitu saja karena takut istri ane panik. 

Beberapa hari kemudian kami mendapatkan pembantu baru, namun dia nggak bisa nginap di rumah kami. Pembantu baru kami ini bernama Romlah, asli sunda. dia memiliki seorang anak usia 5tahun tapi sanggup bersih-bersih rumah seadanya dan tugas utama mengasuh anak kami. Daripada kosong tanpa pembantu, kami terima saja. Pada hari kedua dia bekerja, si anak ikut dibawa karena neneknya lagi ada keperluan. Jam 8 pagi Romlah datang bersama anaknya yang masih kecil itu, Romlah langsung bersih-bersih rumah sedangkan sianak bermain sendiri di bawah tangga. Belum ada setengah jam Romlah bekerja, anaknya menjerit dan memaksa untuk pulang, “Pak, Saya pulang dulu, nanti saya datang lagi” Pamit Romlah. Ane hanya mengiyakan, nggak bisa memaksa mereka untuk tetap tinggal. Lama Romlah pergi mengantar anak, ditunggu-tunggu nggak datang juga. ketika ane bersama istri menjemput ke rumahnya, Romlah meminta untuk berhentii bekerja, lebih tepatnya membatalkan kerja pada kami. Agan-agan dan aganwati, apa yang telah terjadi? Setelah ane desak, Romlah mengaku bahwa anaknya tadi cerita, melihat pocongkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yang loncat-loncat di atas tangga rumah ane. Kondisi anak Romlah bahkan masih panas.

Hari-hari selanjutnya kami lalui hanya bertiga, yaitu Ane, istri dan anak kesayangan kami, Pijar. kami menjalani hari-hari seperti biasa, berusaha melupakan segala yang terjadi biarpun pada kenyataannya tetap saja tegang. Hampir tiap malam bulu kuduk kami meremang, ditambah hawa lembab yang dibawa oleh angin padang Golf semakin membuat kami larut dalam ketakutan. tapi sekali lagi, ane harus dapat menguatkan diri, apalagi di depan istri ane. karena kalau ane udah nunjukin rasa takut ane, istri ane tentu lebih takut lagi dan merasa nggak ada yang melindungi. 

Spoiler for Udaah… Buka aja!: 
 

Apabila petang menjelang, pasti akan terdengar suara orang mengaji dari MP3 yang sengaja ane setel agak kencang. Lumayan, sedikit menurunkan tensi ketegangan kami. Dari teman-teman di kantor tempat ane bekerja, sebuah institusi negeri, didatangkan 3orang paranormal. Tapi tetap tidak ada perubahan yang berarti. Suatu hari, anak kami mengalami panas demam. obat dari dokter sudah diminumkan tapi suhu badan tetap naik turun nggak stabil. Ane pusing Gan. Hari itu kami bergantian mengompres sikecil dengan air hangat, menjaga agar tidak sampai terjadi step. Kami bikin semacam jadual piket. Satu jam ane yang ngompres, satu jam lagi gantian istri ane. Begitu seterusnya. Sampailah pada saat ane dibangunkan paksa oleh istri, padahal masih jam ane tidur. 
“Pa, suhu badan pijar tinggi lagi.. aku takut..” kata istri ane. 
“Ya sudah, kita melek berdua saja” tukas ane sambil melihat sekeliling. 
Kamar utama kami letaknya paling belakang, bersebelahan dengan sumur yang sudah lama nggak dipakai. Tepat di samping kamar, terdapat Jendela Nako yang mengarah ke lapangan golf. dari jendela ini kami dapat melihat pemandangan di belakang rumah. Ane memandang sekeliling, perasaan ane nggak enak banged. 
“Bentar ya ma..” kata ane lalu keluar kamar dan menuju jendela, mengecek keadaan sekeliling. Ane terperanjat. Ada sesuatu, tampak jelas bayangan di depan ane, tepat disamping jendela. Ane serasa mimpi. Seseorang tampak duduk membelakangi ane, dengan rambut panjang sepunggung dan pakaian yang juga panjang. 
Hawa dingin yang menusuk membuat ane bergidik tapi ane coba menenangkan diri. 
“Maaf, ibu Siapa?” keluar juga suara dari mulut ane. 
“Ibu siapa?” nggak ada jawaban. Sosok itu menggerakkan kepala tapi tetap membelakangi ane, terdengar lirih “Saya suka dengan anakmu”. 
“Tolong ibu pergi dari sini, jangan ganggu anak Saya.” Namun Si Ibu misterius itu tetap diam tak bereaksi. Menyadari kalau anak ane dalam bahaya, ane mengambil ember berisi air yang kebetulan ada di dekat ane. dengan menahan keringat dingin dan juga rasa takut, ane siramkan air dalam ember ke sosok itu, sambil terus berdoa sebisa ane. Secara tiba-tiba si Ibu berambut panjang itu menghilang. Dengan lunglai ane kembali masuk kamar. Alhamdulillah suhu badan anak ane sudah normal. Namun sampai pagi kami nggak berani tidur. Ane bersyukur suhu badan sikecil tetap stabil dan langsung sehat.

Ketakutan yang menyenangkan dalam hidup adalah manakala kita sudah bisa menikmati rasa takut itu. Menikmati karena keterpaksaan maupun sengaja pasrah pada bahaya sebab memang tidak ada pilihan lain. Meski rasa takut itu sering menyerang sedikit keberanian dalam diri ane, tapi kembali lagi kepasrahan akan situasi yang sangat sulitlah yang membuat bahaya tak lagi terfikirkan. Rumah ini bagaikan penjara yang nyata bagi kami. Adanya 3 kuburan di depan kamar utama kami saja sudah cukup mengintimidasi nyali istri ane. Tapi toh tetap ane kuatkan dengan segala cerita indah dan kekuasaan Tuhan yang nggak akan mungkin bisa dikalahkan oleh setan. Meski sebenarnya menolak, banyak keganjilan yang sengaja ane sembunyikan dari istri. Semata demi mempertahankan keberanian diri kami. Meski ane juga harus membohongi diri sendiri.

Ruangan paling aman dalam rumah kami adalah kamar utama. Rasanya begitu jengah bila kami duduk di ruang tamu ataupun ruang tengah, kecuali ketika ada orang lain atau Tamu yang kebetulan singgah ke rumah kami. Saat ini, dua kamar dengan ukuran besar-besar praktis kosong. Kamar depan sedianya kami khususkan buat kamar Tamu, dan kamar tengah untuk pembantu, Tapi sejak kami tak memiliki pembantu lagi, kamar itu kami biarkan kosong. Sedangkan kamar tamu lebih mirip sebagai gudang dengan berbagai macam barang yang ditaruh di sana. Keduanya sama-sama gelap. Ane malas mencari pembantu lagi, karena malas melihat intrik yang akan terjadi dengan mereka. Praktis dua kamar kosong ini semakin nggak terjamah oleh kami. Dua kamar ini sebenarnya bersebelahan, tapi terpisah oleh Kamar mandi. Sebuah Kamar mandi yang aneh menurut ane. Karena dalam kurun waktu yang nggak begitu lama, satu tahun semenjak ane rehab keseluruhan rumah, ubinnya sudah ngelotok tanpa sebab apa-apa. dan lebih aneh lagi, ubin yang terbuat dari keramik pucat itu menyembul terangkat. Lambat laun keramik ini terkelupas dengan sendirinya. 

Keadaan sudah sangat senyap ketika ane mulai berkemas. Pekerjaan memaksa ane untuk berangkat malam-malam. Ane tengok istri dan anak ane, sudah tertidur hampir dua jam yang lalu. Ane tak tega membangunkan mereka. Ane kaget ketika terdengar suara byuuurr… byurr…. suara air yang jatuh seperti seseorang sedang mandi, berasal dari arah kamar mandi tamu. Ane ke kamar mandi depan, tapi nggak ada siapa-siapa. “Sudah jelas..” batin ane bergumam sendiri. Sebenarnya ane gondok banged dengan kondisi kamar mandi tamu yang selalu gelap, dan ane Bosan mengganti bohlamnya. tiap minggu maunya diganti terus lampu itu, atau memang nggak mau terang? kutuk ane dalam hati.

Lagi-lagi ane harus melewati kondisi gelap di teras rumah. seperti halnya kamarmandi, lampu di teras ini juga tak pernah berumur lama. dia hanya mampu bertahan seminggu atau paling lama dua minggu sampai ane Bosan menggantinya terus. Hawa dingin berdesir mengusap leher ane ketika keluarkan motor melewati pagar rumah, Sunyi sekali. Lampu teras rumah sudah lama mati membuat gelap yang ada semakin pekat. diiringi desau angin, ane berangkat 

Ane pacu motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. tapi seolah motor ane terasa berat. setengah perjalanan menuju Kedunghalang Bogor, melewati Lampu merah Pemda Cibinong. Jalanan sepi, hanya tampak aspal yang mengkilap bermandi gerimis. hanya satu dua angkot yang nampak kelelahan menembus malam. Ketika tiba-tiba di depan ane ada seekor kucing besar menyebrang jalan, ane tak lagi bisa menghindarinya, tak bisa lagi mengendalikan motor ane untuk tidak menggilasnya. “Beerrdddh” terasa sekali tubuh kucing yang besar itu tergilas ban motor ane. Ane langsung injak rem dan CCiiiitt. Ane turun dari motor. beberapa tukang ojek yang mangkal di seberang menghampiri ane, ane terus mencari kucing itu, kucing yang ane tabrak barusan. aneh. Kucing itu tidak ada! “Pak, tadi lihat kan kucing besar menyebrang jalan?” tanya ane pada salah satu Ojek di dekat ane. “Ya pak, ada tadi.” Jawab tukang Ojek. “Terasa banged tadi kena ban motor ane, tapi kok nggak ada bangkainya ya?” tukas ane. Gimana ya Pak? Tanya ane lagi, tapi tukang-tukang ojek itu juga nggak bisa njelasinnya.
—————————–>
Ane melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya membuang Uang kertas limaribuan ke tengah jalan, dengan maksud sebagai tolak balak atas kejadian tadi. Baru beberapa saat motor ane bergerak, di depan sebuah mobil carry yang berhenti dengan beberapa penumpang menyetop ane sambil bertanya “Pak tadi nabrak Kucing juga?” Ane berhenti. “Kok Bapak tahu?” tanya ane.
“Iya pak, karena kami juga menabrak kucing besar” Jawab orang itu sambil memperhatikan ane
“Tadi sudah Saya cari Pak, tapi nggak ada”
“Nggak ada?”
“Ya, sama sekali nggak ada”
“Aneh ya Pak..”

Alhamdulillah sampai di Bogor tidak terjadi apa-apa. tugas dapat ane kerjakan dengan sedikit perasaan yang nggak enak. Gan, ane merasa seperti diikuti seseorang, atau mungkin sesuatu. baru setelah ane ingat-ingat lagi, dalam perjalanan setelah dari Lampu merah Pemda, dua kali atau mungkin tiga kali disalip oleh mobil yang sama. ketika melewati tikungan menuju ke tempat kerja ane, ada seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul, sehingga hampir terkena motor ane. dan anehnya, wajah laki-laki itu seperti pernah ane kenal.. tapi entah di mana. sekarang ane ingat, ya! laki-laki itu mirip dengan orang yang serombongan mobil berhenti dan menanyakan perihal Kucing. Bahkan bukan mirip, ane yakin kalo itu orang yang sama. Udahlah, mungkin hanya kebetulan saja. Demikian batin ane menenangkan diri.

Paginya, sebelum subuh ane tinggalkan Kedunghalang untuk pulang ke Cimanggis. Rasanya semalam itu perjalanan yang lama dan melelahkan. Hati-hati ane pacu sepeda motor dengan kecepatan sedang, bahkan cenderung lambat. terasa berat seolah seribu beban menghimpit di benak ane. Melewati Pom Bensin Kandangroda, ane mampir sebentar bermaksud mengisi bensin. semalam ane sampai lupa untuk isi bensin gara-gara kucing sialan itu.

“Berapa liter Pak?” Tanya petugas bensin sambil menyorongkan alatnya.
“Penuhin aja deh” Jawab ane.
Lalu si petugas Bensin mengucurkan alatnya, mengisi tangki motor ane sampai penuh.
Selesai membayar bensin, motor ane starter dan “Gruennggg… Gruengggghhh” Motor ane gas tapi roda motor ane tetap diam. Terhenti. Ane Gas lagi lebih kencang, tidak reaksi apa-apa. Motor ane tetap diam seolah ada yang mencengkram.
Berkali-kali ane geber itu motor, tetap diam. Roda motor seakan terpaku pada lantai Pom Bensin. Beberapa petugas Pom bensin mencoba mendorong motor ane, hasilnya sama saja.

Satpam yang sedang bertugas mendekat dan ikut mencoba motor ane. Tapi tetap tidak bisa. Ane bingung, mereka lebih bingung lagi. Akhirnya sepeda motor ane titipkan pada Satpam Pom Bensin. Ane minta nomor telepon Petugasnya, lalu ane pulang dengan menumpang Metromini arah Kampung Rambutan.

Sesampainya di rumah, Istri ane cerita bahwa sepanjang malam, di dalam kamar istri dan anak ane nggak berani keluar kamar. Mereka terbangun ketika lewat tengah malam, anak ane menangis terus seolah-olah melihat sesuatu, sementara dari luar kamar tidur terdengar suara HP mainan anak ane yang berbunyi terus, tang teng tong tang teng tong… nggak ada habis-habisnya. Dan suara HP mainan itu berhenti setelah menjelang pagi.

Beberapa hari kemudian ane ceritakan kejadian itu pada seorang Ustad yang kebetulan mengerti dan bisa berkomunikasi dengan Gaib, dari ketika ane menabrak kucing besar sampai motor ane yang ngadat secara tiba-tiba tanpa sebab. “Itu bukan kucing yang kamu tabrak!” Kata Pak Ustad
“Hah?” Suara ane
“Semua saling berkaitan, Mereka tinggal di Rumahmu Juga.”
Ane terdiam, Lunglai.

Tinggalkan komentar

Awan Tag